Universitas Hasanuddin (Unhas) melalui Direktorat Kemahasiswaan kembali menghadirkan Gerakan Unhas Mengkaji dan Salat Berjamaah (GUMSB) pekan kedua pada Kamis, 7 Maret 2024 secara bauran di Masjid Ikhtiar Kampus Unhas Tamalanrea.
Berlangsung mulai pukul 15.30 Wita, tuan rumah penyelenggaraan GUMSB kali ini adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Hadir membuka kegiatan adalah Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Keuangan Unhas Prof Subehan PhD yang sekaligus mewakili Rektor Unhas. Hadir pula Dekan FISIP Unhas Prof Dr Phil Sukri Tamma, para guru besar, dosen, ustaz dan ustazah pembina GUMSB.
Kegiatan diawali dengan salat Asar secara berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kalam ilahi dan tahsinul Qur’an oleh para peserta GUMSB yang dipandu Ust Drs H Sulaiman Gosalam, MSi.
Dalam sambutannya, Prof Subehan menyampaikan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan GUMSB yang dilaksanakan setiap pekan selama 12 pertemuan.
“Selain kemampuan akademik, juga harus diimbagi dengan ilmu agama, hal tersebut harus menjadi bagian dari proses pendidikan tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, Bulan Suci Ramadan sebentar lagi menyapa umat muslim. Ia berharap momentum Ramadan ini membuat pelaksanaan GUMSB lebih khusyuk dengan hadirnya program khusus.
“Minggu depan sudah memasuki Bulan Ramadan, semoga bisa lebih khusyuk lagi, dan bisa ada program khusus yang melibatkan banyak civitas akademika Unhas. Semoga forum yang kita selenggarakan bisa bernilai ibadah,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FISIP Unhas menyampaikan bahwa GUMSB ini adalah sebuah upaya mendorong peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Semoga kegiatan ini dapat mencapai tujuan yang kita inginkan bersama dan membawa kebaikan untuk kita semua. InsyaAllah manfaatnya luar biasa, bisa lebih meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT,” ungkapnya.
Pada penyelenggaraan kali ini, Unhas menghadirkan Ust Dr KH Abdul Rauf M Amin Lc MA selaku pembicara dengan tema “Wasathiyah dalam Dakwah”.
Mengawali pemaparannya, Ustaz Abdul Rauf menyampaikan bahwa tema ini sengaja diangkat mengingat momentum Ramadan tak lama lagi.
“Biasanya di Ramadan fenomena berceramah di mana-mana, mulai dari ceramah di malam hari hingga kajian-kajian setelah waktu salat. Wasathiyah sebagai alat untuk menilai dakwah on the track dan tidak on the track,” ujarnya.
Selain itu ia menegaskan bahwa Wasathiyah bukan pilihan, melainkan esensi Islam yang bila tidak diterapkan bisa mempengaruhi keislaman.
“Wasathi itu artinya terbaik, umat unggul,” tegasnya.
Setelah pemaparan ceramah, dibuka sesi diskusi dengan peserta lalu dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Kegiatan diakhiri dengan salat Magrib secara berjamaah. (rms/ilo)