Universitas Hasanuddin (Unhas) menunjukkan komitmen kuat terhadap inklusivitas dengan menyambut 10 mahasiswa baru difabel untuk tahun akademik 2024/2025 dari total 9.105 mahasiswa baru yang diterima. Kehadiran mereka menegaskan dedikasi Unhas dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang ramah dan mendukung bagi semua individu. Langkah ini tidak hanya memperluas kesempatan belajar, tetapi juga memperkuat visi Unhas dalam mengedepankan keberagaman dan kesetaraan di dunia akademik.
Dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) yang berlangsung pada hari Senin, 12 Agustus 2024, perwakilan mahasiswa difabel turut menerima penyematan jas almamater. Acara ini menjadi momen spesial yang menegaskan komitmen Unhas dalam memastikan setiap mahasiswa, tanpa terkecuali, merasa diterima dan dihargai.
Dalam proses Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) ini, Unhas telah menyiapkan pendamping khusus untuk mahasiswa difabel. Pendamping difabel bertugas membantu mahasiswa dalam berbagai kegiatan dan memastikan mereka dapat mengikuti seluruh rangkaian acara dengan nyaman dan efektif.
Melalui wawancara, Kepala Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin, Dr. Ishak Salim, MA., mengungkapkan bahwa dari sekitar 24 pendaftar yang menunjukkan minat, hanya 10 mahasiswa yang memenuhi syarat dan diterima melalui jalur mandiri afirmasi disabilitas. Mahasiswa tersebut memiliki beragam jenis disabilitas, termasuk tiga dengan disabilitas intelektual, lima tuli, satu netra, dan sisanya dengan disabilitas fisik.
Setiap pendaftar harus melalui asesmen disabilitas dan kemampuan yang dilakukan oleh Pusat Disabilitas Unhas pada 31 Juli – 5 Agustus 2024. Setelah asesmen, calon mahasiswa diwawancarai oleh Dekan atau Wakil Dekan dari fakultas masing-masing, meliputi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Pertanian (Faperta), dan Fakultas Peternakan (Fapet).
Untuk memastikan proses perkuliahan dapat diikuti dengan baik dan akses penuh tersedia, Pusat Disabilitas menyediakan berbagai layanan, termasuk mobilitas, layanan belajar, dan layanan komunikasi. Pusat ini juga memberikan konsultasi kepada departemen terkait untuk memastikan aksesibilitas yang optimal. Tim relawan "teman difabel" yang dilatih siap membantu dalam hal teknis agar perkuliahan berjalan lancar.
Pusat Disabilitas berkoordinasi dengan setiap program studi untuk memastikan bahwa mahasiswa difabel mendapatkan akses penuh dalam proses belajar. Selain itu, Pusdis membuka kelas pelatihan untuk difabel dan relawan, seperti kelas bahasa isyarat dan kelas menulis.
"Keberagaman jenis disabilitas di kampus akan menjadi pengalaman baru bagi Unhas. Kami perlu memikirkan cara agar mahasiswa dengan disabilitas intelektual dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Kami akan terus mengintensifkan koordinasi dengan berbagai pihak dan mencari solusi jika mahasiswa difabel menghadapi kendala," tambah Dr. Ishak Salim.
Dengan langkah inklusif ini, Universitas Hasanuddin tidak hanya menunjukkan komitmennya terhadap keberagaman dan kesetaraan, tetapi juga membuktikan bahwa pendidikan tinggi harus dapat diakses oleh semua individu.
Dukungan yang diberikan kepada mahasiswa difabel ini adalah bagian dari upaya Unhas untuk menciptakan lingkungan akademik yang lebih inklusif dan mendukung. Pusat Disabilitas akan terus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa, tanpa memandang kondisi fisik atau keterbatasan, memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan akademik.
Dikutip dari laman http://www.udc.unhas.ac.id, adapun Profil singkat Maba Disabilitas Unhas, yakni,
1. Sabilu Rusdy (22, SLB Negeri 1 Makassar) – Tuli, juara 1 kreasi barang bekas, nilai rata-rata 88,6. Tertarik jurusan Ilmu Sosial.
2. Hijratul Resky (18, MA Muhammadiyah Palampang) – Tuli, atlet lari, nilai 8. Ingin studi Bahasa dan Budaya.
3. Muhammad Alifarqad Rabbani Bachtiar (19, SMAIT Nurul Fikri Makassar) – Autisme dan ADHD, hafal 3 juz Al-Qur’an, nilai rata-rata 90. Berminat Ilmu Sosial.
4. Rezki Pangestu Saputra S (22, SLB B YPPLB Makassar) – Tuli, juara 4 voli, nilai rata-rata 85,27. Ingin studi Ilmu Sosial.
5. Alya Alfitah (18, SMA Negeri 8 Luwu Utara) – Kesulitan berjalan, kursi roda, juara 1 lomba esai provinsi, nilai rata-rata 92,38. Tertarik Kesehatan Masyarakat.
6. Andi Muhammad Zulfikar Afdhal (18, SMAIT Nurul Fikri Makassar) – Autisme dan ADHD, keahlian seni, nilai rata-rata 90. Ingin studi Teknik.
7. Megarezki (19, SLB Negeri Barru) – Tuli, keahlian tata boga dan bahasa isyarat, nilai rata-rata 88. Ingin belajar Bahasa dan Budaya.
8. Risma Yanti (19, Pondok Pesantren An-Nadhlah Makassar) – Bibir sumbing, keahlian tata rias makeup, nilai rata-rata 88,81. Tertarik Kesehatan Masyarakat.
9. Muhammad Ilham Arif S (20, SMA Muhammadiyah 7 Makassar) – Kurang pendengaran, aktif futsal, nilai rata-rata 85,59. Ingin studi Ilmu Pertanian.
10. Ririn Ramadhani Caturmulya Putri (18, SLB Negeri 1 Makassar) – Tuna grahita ringan, nilai rata-rata 79,23. Tertarik Ilmu Pertanian dan Kehutanan.(*)