Tim Magna Energy dari Universitas Hasanuddin menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional dengan meraih Juara 1 pada ajang Youth Energy Hackathon 2025, kompetisi inovasi energi bersih yang diselenggarakan oleh Energy Academy Indonesia (ECADIN) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Babak grand final kegiatan ini berlangsung di Erasmus Huis, Kedutaan Besar Belanda, pada Minggu (10/11).
Tim Magna Energy beranggotakan Diego Agung Christovano Paranoan (Teknik Sipil 2022), Nabiyl Ahmad Fawzy M. (Teknik Elektro 2024), dan Arfansyah (Kimia 2022), dengan Dianti Utamidewi, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing.
Dari total 582 peserta yang terbagi dalam 188 tim, tim Unhas berhasil tampil sebagai juara pertama berkat inovasi berjudul Magna Autonomy, yang menawarkan solusi energi bersih terintegrasi dengan mata pencaharian masyarakat pesisir, khususnya sektor perikanan.
Dalam wawancara, ketua tim Diego Agung Christovano Paranoan menjelaskan bahwa Magna Autonomy merupakan sistem pembangkit listrik tenaga surya terapung yang dipasang di atas keramba jaring apung milik nelayan.
“Inovasi utamanya ada pada desain simbiosis ini. Panel surya menghasilkan listrik sambil memberikan keteduhan bagi ikan di bawahnya, dan air laut membantu mendinginkan panel agar bekerja lebih efisien. Sistem ini juga dilengkapi baterai dan kontrol cerdas sederhana untuk memastikan listrik tersedia stabil siang dan malam, serta terintegrasi dengan sistem penyimpanan hidrogen. Jadi ini bukan sekadar pembangkit listrik, tapi infrastruktur ganda untuk energi dan perikanan,” jelas Diego.
Diego yang juga merupakan Mahasiswa Berprestasi Unhas tahun 2025 ini menambahkan bahwa ide tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap ketergantungan masyarakat pulau kecil seperti Gili Ketapang, Jawa Timur, pada bahan bakar diesel.
“Mereka menghadapi dilema besar. Di satu sisi butuh listrik untuk mengawetkan ikan dan kebutuhan sehari-hari, tapi di sisi lain biaya operasional genset sangat mahal dan polusinya merusak ekosistem laut yang menjadi sumber nafkah mereka. Kami ingin memutus rantai masalah ini dengan solusi yang bersih, andal, dan murah tanpa mengorbankan ruang laut,” ungkapnya.
Menurut Diego, ide ini sangat relevan bagi masa depan energi Indonesia. “Kita negara kepulauan, dan model pembangkit listrik terpusat tidak selalu efisien. Magna Autonomy bisa menjadi model kemandirian energi berbasis komunitas yang bisa direplikasi di ribuan pulau lain,” ujarnya.
Ia juga menceritakan tantangan selama kompetisi, terutama dalam menyeimbangkan antara perkuliahan, magang, dan pengembangan ide. Ia pun menegaskan bahwa dukungan dosen pembimbing, universitas, dan mentor kompetisi sangat berperan besar dalam keberhasilan tim mereka.
“Kami belajar bahwa inovasi terbaik bukan yang paling rumit, tapi yang paling solutif dan bisa diterapkan segera,” katanya.
Atas prestasi tersebut, tim Magna Energy memperoleh hadiah uang tunai sebesar Rp15 juta, pendanaan proyek lanjutan senilai Rp250 juta, serta hadiah perjalanan singkat (short trip) ke Gili Ketapang, Jawa Timur. Selain itu, mereka juga mendapatkan kesempatan mengikuti join research publication dan internship bersama mitra ECADIN di bidang energi terbarukan.
Dosen pembimbing Dianti Utamidewi, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian ini. Ia menilai sejak awal tim yang dipimpin oleh Diego telah menunjukkan semangat, kemandirian, dan arah ide yang kuat.
“Sejak awal saya lihat memang tim Diego punya semangat dan ide yang kuat. Jadi peran saya lebih ke pendamping yang menajamkan arah riset dan memastikan bahwa gagasan yang mereka punya itu bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” jelas Dianti.
Menurutnya, proses bimbingan tidak hanya berfokus pada sisi teknis, tetapi juga mencakup diskusi tentang aspek sosial dan lingkungan dari proyek Magna Autonomy.
Terkait langkah selanjutnya, Dianti menjelaskan bahwa kemenangan di ajang ini bukanlah akhir, melainkan titik awal dari pengembangan riset lebih lanjut.
“Sesuai dengan hadiah yang mereka dapat, ini langkah awal untuk mengembangkan inovasinya. Kami sudah berencana berdiskusi lagi setelah mereka kembali ke Makassar, untuk melihat kemungkinan pengembangan melalui riset kolaboratif atau program pengabdian di daerah kepulauan,” paparnya.
Ia berharap inovasi Magna Autonomy dapat diuji sebagai proyek percontohan kecil di wilayah-wilayah yang masih bergantung pada pembangkit listrik diesel. “Harapan kami, Unhas bisa ikut mendukung dari sisi riset dan kemitraan agar inovasi ini bisa diimplementasikan secara nyata dan memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan Unhas, Abdullah Sanusi, Ph.D., turut memberikan apresiasi atas capaian membanggakan tersebut. “Kami sangat bangga atas prestasi tim Magna Energy. Prestasi ini menunjukkan kesiapan mahasiswa Unhas menjadi bagian dari solusi terhadap tantangan energi global,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Direktorat Kemahasiswaan Unhas akan terus memperkuat dukungan terhadap kegiatan inovatif mahasiswa melalui pembinaan, kolaborasi lintas bidang, serta pendampingan menuju implementasi riset dan inovasi berkelanjutan.
Melalui pendanaan, publikasi riset, serta kesempatan magang profesional, mahasiswa Unhas diharapkan mampu mengembangkan inovasi ini menjadi proyek percontohan energi bersih yang bermanfaat bagi masyarakat luas, sekaligus memperkuat kontribusi Universitas Hasanuddin dalam mendukung transisi menuju masa depan energi berkelanjutan di Indonesia.